
"Jiray," katamu padaku seraya mengisyaratkan agar aku segera menjabat uluran tanganmu.
"Panda," balasku.
Kamu pun aku saling mengernyitkan dahi, seakan ada yang aneh. Yahh, kita berdua tau dimana letak kejanggalan itu. Nama kita.
Kemudian "Pan, da?" yang segera kubalas "Ji, ray?". Kita tersipu sendiri.
*
Hanya itu, perkenalan kami sesingkat dan normal apa adanya, tanpa ada bumbu. Hanya demikian.
Berkenalan lalu saling menertawakan, dan pulang.
*
Selanjutnya kami sepakat mengikuti kegiatan sosial diakhir pekan, saling meluangkan waktu dan berbincang terkait betapa fananya hidup didunia ini jika hanya dunia yang ingin kita raih.
"Akhirat adalah tujuan kita," katamu dengan nada yang santun tanpa bermaksud menggurui.
Aku hanya bisa terkagum memandangmu sembari bergumam pada diri sendiri. Mengagumimu.
"Kamu bukan lelaki biasa," lirihku dalam hati. Tah apa jadinya jika sampai kamu mendengarku. Mungkin kamu akan berkata aku aneh, bisa jadi kau hanya menganggapnya angin lalu, kemudian hilang, terbang bersama angin.
Fufufufu
*
Sehari sebelum keberangkatan, kami mempersiapkan segala tetebenge keperluan selama dilokasi bakti sosial.
Tak ada yang spesial memang, hanya berbelanja beberapa barang lalu makan malam, dan kemudian pulang kerumah masing-masing. Kami.
p1-----to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar